Sunday, October 3, 2021

Memaknai Filosofis Al Hayyu Al Qayyum dalam Membangun MWC NU Kepuhteluk



Memaknai Filosofis Al Hayyu Al Qayyum dalam Membangun MWC NU Kepuhteluk
Oleh: Ust. Fauzi Usman, S.Pd 
Tanfidziyah

.......................................
Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama Kepuhteluk merupakan salah satu MWCNU diwilayah PCNU Bawean. Dalam umurnya yang ke 12 tahun MWC NU Kepuhteluk mulai melakukan pembenahan dalam hal pergerakan dan tujuan berorganisasi.
Salah satu bentuk untuk meningkatkan kinerja para pengurus maka muncullah sebuah filosofi "Hayyu Qayyum" yang bukan sekedar makna simbolik namun sudah memang menjadi tujuan dan harapan dalam berkhidmat dan mengembangkan Jam'iyyah Nahdhatul Ulama.
 Nama al-hayyu al-qayyum juga disebutkan dalam,
الم (1) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2)
Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya” (QS. Ali ‘Imran: 1-2)
وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا
Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (QS. Thaha: 111)


Makna Al-Hayyu

Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani berkata, yang dimaksud dengan al-hayyu adalah hidup yang sempurna. Al-hayyu melazimkan seluruh adanya seluruh sifat kamal (kesempurnaan bagi Allah). Sifat pendengaran, penglihatan, ilmu, kemampuan, kemuliaan, rahmat, kehendak, ada pada nama Al-Hayyu (Maha Hidup).
Konsekuensi dari mengimani nama Allah Al-Hayyu tentu akan membuat hamba memurnikan atau mengikhlaskan ibadah hanya pada Allah dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Demikian yang diterangkan dalam Kitab At-Tauhid, hlm. 165-168.

 

Makna Al-Qayyum

Al-qayyum punya dua makna:
  • Allah berdiri sendiri dengan sifat kemuliaan-Nya dan tidak bergantung pada satu pun makhluk-Nya.
  • Allah yang mengatur bumi dan langit serta segala makhluk di dalamnya. Allah tidak butuh pada makhluk, bahkan makhluk yang butuh pada-Nya. (Syarh Asma’ Allah Al-Husna, hlm. 105)

Konsekuensi dari nama Allah Al-Qayyum, Allah itu berdiri sendiri. Allah juga mengatur setiap makhluk-Nya. Allah yang mengatur rezeki mereka. Allah yang mengatur urusan mereka, akan mengumpulkan dan menghisab pada hari kiamat.

Yang menunjukkan kesempurnaan sifat Al-Hayyu Al-Qayyum, Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. Allah berdiri sendiri dan tidak butuh pada makhluk-Nya. Kitab At-Tauhid, hlm. 170.

Dari kedua sifat Allah tersebut kita dapat mengambil hikmah, bagamaina MWC NU Kepuhteluk dapat dikatakan hidup dan bagaimanapula bisa dikategorikan berdiri sendiri.

Al-Hayyu atau Hidup dalam arti organisasi ini memiliki pengurus yang siap bekerja, memiliki anggota yang siap mendukung, hidup dalam arti ada sebuah geliat pergerakan dalam organisasi, terdapat kesadaran akan keperdulian pada organisasi, hidup bisa bermakna ada fungsi organisasi yang bermanfaat pada anggotanya.

Kehidupan organisasi yang hakiki adalah rasa bangga , rasa perduli, dan rasa memiliki untuk selalu ber-NU dalam kehidupan sehari-hari, selalu memberikan peluang waktu lebih banyak untuk menghidupkan organisasi, karena kahidupan seperti inilah yang akan meningkatkan esistensi keberadaan Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdhatul Ulama Kepuhteluk. sehingga menjadi Tumbuh dan Berkembang.

Kedua, makna Al-Qayyum yang dapat kita petik adalah kemandirian dalam bersikap, kemandirian dalam bertindak, kemandirian dalam mengolah organisasi. Suatu organisasi akan mandiri apabila mempunyai sikap independen, tidak terbelenggu oleh berbagai kekuatan yang mengganggu kemandirian. Arti kemandirian bagi sebuah organisasi adalah jelasnya visi, misi, program serta kegiatan yang akan dilakukan oleh organisasi terutama mandiri dalam hal ekonomi.


Simpulan

Harapan besar dalam membangun MWC NU Kepuhteluk bukan sekedar mampu membangun gedung mewah, punya mobil berkelas, namun semua amaliyah jam'iyah dan jamaah bisa hidup, anggotanya hidup (menghidupkan organisasi), semua pengurus dan anggotanya aktif mengikuti kegiatan Nahdhatul Ulama, aktif menyadarkan umat akan pentingnya ber-NU, aktif membantu jamaahnya. Aktif membiasakan berinfaq minimal Rp. 500,- perhari per rumah jika terdapat 3000 rumah se MWC Nahdhatul Ulama Kepuhteluk maka gerakan ini bias berefek luar bias, kemandirian secara ekonomi tidak sekedar angan-angan, MWC akan mampu meningkatkan ekonomi warga NU di wilyahnya, mampu membangunkan rumah layak huni, mampu memberikan beasiswa miskin dan yatim hingga tingkat lanjut, dapat membantu para guru ngaji, semua Banom dan Lembaga bisa hidup.

Filosofi Hayyu Qayyum yang kami maksud bukan sekedar "mimpi" ber-NU, tapi lebih kepada "mari gerakkan hati kita untuk betul betul ber-NU, betul betul berkhidmat untuk NU lii'lai kalimatillah, meringankan kaki untuk aktif mengikuti Lailatul Ijtima', membiasakan tangan kita untuk mengisi kotak koin, bayarlah zakat melalui Lazisnu, hidupkan lembaga pendidikan NU, dan ramaikan kampung dengan salawatan.`

Akhir kalimat, kita bersyukur karena orang tua dan Guru-guru kita telah memperkenalkan pada NU sehingga kita punya tabungan akhirat, salah satunya adalah karena anak turunnya selalu mendoakan orang tuanya melalui bacaan Yasin, Tahlil, Salawat dan lainnya yang dihadiahkan kepada orang tuanya, pemahaman dan keyakinan akan sampainya bacaan do'a tersebut bagi orang yang meninggal menjadi tabungan yang tak ternilai harganya. Bagaimana seandainya kita masuk dalam golongan yang tidak yakin akan sampainya do'a dan bacaan-bacaan tersebut pada orang yang meninggal dunia, maka gersanglah kehidupan alam barzah kita.








SHARE THIS

Facebook Comment

0 comments: